Langsung ke konten utama

Ingin Lepas



Kau tau,

Bagaikan burung dalam sangkarnya,

Kamupun seperti itu,

Sama sakitnya.

Rasanya ingin sekali keluar,

Terbang memeluk awan dalam-dalam,

Berteriak bahwa kamu mengaguminya,

Menjabarkan bahwa kamu membutuhkannya.

Tentunya tidak hanya diam dan membisu.

Terkadang,

Kamu meracau tak jelas perihal perasaanmu.

Padahal waktu itu,

Sempat terbangun tebing tinggi pemisah syahdu.

Pada hal-hal yang berbau candu,

Kamu berusaha agar tak temu.

Lalu takdir menuntunmu hinggap pada suatu tangkai,

Tangkai yang jarang di temui banyak orang,

Yang membuatmu terpukau juga terpana akan keindahan,

Sekilas membuat lupa tangkai yang pernah kau pijak dengan riang.

Sayapmu terombang ambing,

Angin kencang menyambar,

Sejenak kau bisikan.

"Duhai Allah,

Tangkai mana yang paling aman?

Satu tangkai terlihat utuh namun seperti rapuh,

Dan satunya lagi terlihat seakan mengutuhkan yang rapuh.

Aku bisa tertipu,

Terjerat hawa nafsu,

Aku sudah terpana,

Terbawa suasana yang fana.

Duhai Allah,

Inikah yang dinamakan rintangan?

Dua pilihan yang sulit di bedakan,

Kemana hati ini harus di pijakan?"

Dan lagi,

Pikiranmu kembali meracau,

Tempat mana yang paling aman?

Setidaknya, untuk tetap tinggal tanpa meninggalkan.

Rasanya seperti melayang,

Padahal hanya terlihat seperti angan.

Siapa yang akan paham?

Bahwa skenario Tuhan tak dapat dibantahkan.

Tentang seperti apa masa depan,

Tentang tangkai mana yang benar-benar kekar,

Tentang kemana sayapmu memilih terbang.

Atau mungkin,

Semua hanya tipuan,

Rekaan kisah yang terlihat seperti kenyataan,

Apa mungkin akhir cerita ini akan membahagiakan?

Bagaimana kalau sebenarnya tak ada tangkai yang bisa dijadikan pijakan?

Tubuh terkulai bagai hembusan kepasrahan.

Karena pada nyatanya,

Tak ada yang bisa dijadikan jaminan,

Selain Tuhan seluruh alam.

Bismillah kau akan terbang,

Pada tangkai impian yang sudah pasti ternyaman,

Mungkin pada salah satunya,

Atau mungkin tidak sama sekali.

Siapa yang tau?

Jika setelah angin kencang ini, ternyata Allah sudah siapkan tangkai sungguhan,

untukmu sebagai tempat tinggal.

Semoga kamu sadar,

Bahwa semua hanya titipan,

Tidak ada yang perlu dibanggakan,

Dan jangan terus memikirkan.

Percaya saja,

Jika sudah jalannya,

Pasti akan sejalan.

Langit terbentang,

Bumi memutar dengan santai,

Semoga akhir cerita ini,

Kamu bisa tersenyum lebar.

Ucapku,

Pada diriku sendiri yang ku sebut dengan sebutan 'kamu' sejak awal kisah ini.

Semua pertanyaan sedangku perjuangkan,

Semoga Allah jawab dengan mengabulkan.

Aamiin Allahumma aamiin.


Bogor, 03 November 2022


Salam cinta,

Suny Ayundha

Komentar

  1. berjuang tak mesti berisik, mengejar tak mesti berlari, dan untuk didengar tak mesti berteriak. berjuanglah sekeras mungkin dengan elegan, dengan diam dan tenang seperti air dipermukaan. semangat untukku, untukmu dan untuk kita semua yang sedang memperjuangkan apapun untuk hidup.

    @walfyyy

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkatnya Aku Rindu

Sepintas ingatan menerawang ke belakang, Memasuki lorong waktu yang nyatanya tak lagi bisa bertemu, Canda tawamu, Keluh kesahmu, Tak lagi terdengar jelas dalam pendengaran. Aku menyukai semua hal tentangmu, Kenapa? Tidak percaya? Biarku ceritakan betapa aku merindukanmu. Aku suka melihat matamu yang tertawa hingga menyerupai garis lurus sejajar, Matamu yang mulai berair karena tidak memiliki waktu yang cukup untuk istirahat, Matamu yang membulat sempurna seakan-akan menakutiku padahal sebenarnya itu malah lucu, Matamu yang tersenyum ramah menyambut kedatanganku, Tentu saja itu baru perihal mata, Jika kuceritakan semua, Pasti tidak akan ada titik di dalamnya. Satu lembar tidak cukup, Dibuku-kan pun, aku yakin pasti akan berpart-part, Sebegitu hebatnya ya aku mencintaimu, Padahal jelas-jelas aku benci merindu. Hal itu hanya menyita waktuku. Tapi jika itu tentangmu, Aku rela melakukan ini sebagai hobiku. Doapun selalu ku panjatkan, Semoga ada titik terang, Dari Allah dzat yang Maha mengab...

Hidup Yang Baik Baik Saja

  Rasanya skrang, orang yang paling pengen aku kasihani di dunia ini cuma diriku sendiri. Aku kasihan pada si kecil yang terjebak dalam raga dewasa ini. Ia meronta ingin keluar namun dipaksa agar terus berjalan. Merintih tangisnya terdenger sepenghujung ruangan. Malang, nasibnya sungguh malang. Ia hanya bisa berharap, ada sosok penolong lagi pelindung untuknya. Selamatkan saya, tolong selamatkan saya! Na'as, jeritnya hanya terdenger sejauh rongga telinganya. Tercekat di kerongkongan dan terkubur di relung hati yang dalam. Padahal, angannya tak bertulang. Inginnya tak muluk. Kembalikan senyumnya yang sudah lama hilang agar ia bisa melepas semua topeng yang menampar wajahnya erat-erat itu. Sehingga ia bisa melupakan rasa sakitnya. Wahai diri, sungguh malang nasib yang kau jalani. Mungkin memang benar, tidak ada yang benar-benar baik-baik saja dalam menjalani hidupnya. Ada yang bertahan dengan saling menopang, atau saling menampar. Ada yang senang ada yang pingsan, ada yang tertawa ad...