Langsung ke konten utama

Sang Penikmat Rindu

 


Ada rindu yang tak pernah berkurang. Setiap pertemuan itu datang, justru semakin bertambah. Sesak yang terasa kadang tak bisa dibendung jua.

Berada di atap yang sama, namun tak saling bertutur kata. Menyakitkan memang, bila harus pura-pura lupa pada hal-hal yang membuat bahagia, yang selalu sukses menciptakan tawa.

Pesannya yang selalu terdengar, "Jangan tergesa-gesa, pasrahkan semua pada Allah ya."

-Suny Ayundha


Bogor, 17 Maret 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sampai Layu

Sampai Layu Tertampar oleh embun pagi hari ini, menyadarkanku pada sebuah cerita amukan hati. Ada seseorang yang memiliki taman di belakang rumahnya. Ia suka melihat tanaman dan bunga-bunga terlihat indah di sana. Namun, ada satu tanaman bunga mawar yang layu, bahkan seperti tak ada gairah untuk tumbuh. Sejak saat itu, perhatiannya selalu beralih pada tanaman itu, setiap hari setiap pagi dan petang bahkan di siang haripun ia terus menyiram merawatnya dengan penuh kasih sayang. Dengan harapan ia bisa tumbuh besar dan berbunga indah. Namun, dari sisi sang pohon mawar. Ia sangat enggan untuk tumbuh apalagi berbunga seperti yang di harapkan pemiliknya. Sudah lebih dari sebulan lamanya tak ada perubahan apapun, yang ada hanya goresan luka di jari sang pemilik karena terkena duri sang mawar. Dan karena kelembutan dan kesabaran pemilik akhirnya sang mawar terketuk untuk kembali bangkit. Walau, ragu melanda sangat dahsyat. Nyatanya, ia sangat tahu, bahwa ia disukai saat ia indah, namun jika ia...

Tenggelam

  Posisiku terkalahkan Tenggelam dalam angan-angan Berlindung pada bayang-bayang Dalam luasnya lautan kenangan Diriku tolong lupakan Tentang semua yang tak perlu dihalukan Cukup sampai sini sudahkan Semua berakhir seakan-akan Janur kuning sudah terbentang -Suny Ayundha Bogor, 29 Okt 2020

Hidup Yang Baik Baik Saja

  Rasanya skrang, orang yang paling pengen aku kasihani di dunia ini cuma diriku sendiri. Aku kasihan pada si kecil yang terjebak dalam raga dewasa ini. Ia meronta ingin keluar namun dipaksa agar terus berjalan. Merintih tangisnya terdenger sepenghujung ruangan. Malang, nasibnya sungguh malang. Ia hanya bisa berharap, ada sosok penolong lagi pelindung untuknya. Selamatkan saya, tolong selamatkan saya! Na'as, jeritnya hanya terdenger sejauh rongga telinganya. Tercekat di kerongkongan dan terkubur di relung hati yang dalam. Padahal, angannya tak bertulang. Inginnya tak muluk. Kembalikan senyumnya yang sudah lama hilang agar ia bisa melepas semua topeng yang menampar wajahnya erat-erat itu. Sehingga ia bisa melupakan rasa sakitnya. Wahai diri, sungguh malang nasib yang kau jalani. Mungkin memang benar, tidak ada yang benar-benar baik-baik saja dalam menjalani hidupnya. Ada yang bertahan dengan saling menopang, atau saling menampar. Ada yang senang ada yang pingsan, ada yang tertawa ad...